Entri Populer

Laman

Senin, 24 Mei 2010

Masih adakah pahlawan di sekitar kita?

Pengertian pahlawan adalah seorang mempunyai jasa, baik langsung maupun tidak langsung kepada pihak yang memberi gelar pahlawan kepada orang tersebut. Namun tak jarang kita jumpai pemberian gelar pahlawan yang asal-asalan atau tanpa dasar.
Pemberian gelar pahlawan idealnya berasal dari lubuk hati yang paling dalam. Seperti pemberian gelar pahlawan seorang anak kepada kedua orang tuanya atau pemberian gelar pahlawan seorang murid kepada gurunya (guru yang ikhlas tentunya). Mereka-mereka itulah yang memang sepantasnya mendapat gelar pahlawan. Sebab mereka tidak menuntut imbal dari yang mereka berikan pada sang pemberi gelar.
Namun kini kita lihat, asal dia seorang pejabat/kerabat pejabat saat meninggal dunia, mereka ramai-ramai dimakamkan bak seorang pahlawan. Padahal selama hidup dan selama menjalankan tugasnya, banyak dari mereka yang tidak pro rakyat. Ditambah selama hidup dan karirnya mereka sudah mendapatkan imbalan dan fasilitas yang lebih dari apa yang mereka berikan. Inikah yang disebut sebagai PAHLAWAN? Hanya Allah yang tahu.

Selasa, 18 Mei 2010

WISATA KEMISKINAN, SETUJUKAH ANDA?

Akhir-akhir ini mulai muncul adanya kecenderungan keinginan para turis manca negara untuk berwisata ke tempat yang belum pernah mereka temui. Kalau berwisata ke borobudur, ke bali, ke gunung bromo dll adalah hal biasa yang bisa mereka temui. Untuk sebagian besar warga negara maju, kehidupan mapan dan modern merupakan hal keseharian buat mereka. Namun sudah merupakan sifat manusia, ada keinginan untuk melihat/melibatkan diri dari hal-hal yang baru buat dirinya. Dan itulah ciri manusia yang dinamis, manusia yang ingin tahu dari yang sudah mereka tahu. Jika paris bagi orang perancis adalah tempat yang biasa, mungkin tidak bagi orang indonesia. Monas merupakan bangunan yang biasa bagi orang jakarta, tidak demikian dengan orang daerah. Suasana desa merupakan hal yang biasa bagi orang desa, tidak demikian bagi orang kota. Demikian juga perkampungan kumuh/miskin, merupakan hal yang biasa bagi penghuninya namun hal luar biasa warga negara maju. Mereka akan takjud, dengan rumah yang sesempit itu bisa untuk hidup untuk beberapa orang/keluarga. Dengan lingkungan becek, mereka masih bisa tertawa. Dengan pendapatan yang minim, mereka masih bisa hidup. Dan fenomena-fenomena lainnya yang tidak masuk dalam pikiran mereka.
Namun di sisi lain kegiatan baru ini tentunya berserempetan dengan pihak-pihak terkait yang secara hukum punya tanggung jawab pada warga yang hidup di tempat kumuh tersebut. Bgaimana pendapat anda tentang hal tersebut?

Minggu, 16 Mei 2010

Jujur adalah Pilihan

Berbicara kejujuran pada saat ini, ibarat mencari jarum di antara tumpukan jerami di dalam lumbung padi. Jarang sekali ada orang yang benar-benar jujur yang bisa kita jumpai. Jujur dalam bergaul, berdagang, bekerja dan aktivitas lainnya. Bahkan jika dijumpai orang yang benar-benar jujur, khalayak ramai akan mencapnya sebagai orang yang lugu tur wagu. Dalam masyarakat kita jumpai beberapa tingkat kejujuran seseorang :
1. type pembohong
Orang bertype ini dalam berbagai kesempatan baik diketahui orang lain atau tanpa diketahui orang lain. Dosa dalam pikiran dia hanyalah sanksi dalam sebuah dongeng fiksi. Asal dapat menguntungkan dirinya ketidakjujuran bukan suatu masalah.
2. type bunglon
orang bertype ini hanya akan jujur jika didepan khalayak ramai. Namun jika tidak ada orang lain yang mengetahuinya, jujur tidak ada dalam kamus pikirannya.
3. type absolut
orang type ini benar-benar tidak terpengaruh pada lingkungannya. Entah ada orang atau tidak, entah menguntungkan atau tidak, entah besar atau kecil tingkat kejujurannya, dia tetap memegang prinsip jujur adalah pilihan.
Bagaimana kondisi lingkungan kita, jika komposisinya lebih banyak type pembohong dan type bunglon? Atau bagaimana jika komposisinya terbalik lebih banyak type absolut dibanding type pembohong dan type bunglon?
Untuk menjawabnya kita harus memposisikan diri sebagai subyek dan sebagai luar subyek. Tentunya dua posisi akan berpendapat saling bersebrangan. Sebagai pihak di luar subyek kita menginginkan tidak ada orang type pembohong dan type bunglon. Namun sebagai subyek kita tidak akan memikirkan nasib orang lain.
Oleh karena itu tentukan pilihan kita, akan bertype pembohong, type bunglon atau type absolut.